Hasil Kongres III IMABKIN Makassar

silakan download di link berikut :

http://www.2shared.com/document/9w0uEmDh/hasil_kongres_III.html

 

Kongres IMABKIN III Makassar

Kongres yang dilaksanakan pada tanggal 6 Desember sampai 9 Desember di Sabuga Somba Opu, Makassar ini ermasuk rangkaian acara Harlah IMABKIN dan Kongres III. Beragendakan LPJ kepengurusan periode 2007 -2011, pembahasan AD-ART, GBHK-MKO, serta pemilihan ketua umum untuk periode 2011-2014, yang akhirnya terpilih dari delegasi PPB FIP UPI.

 

 

 

 

Mahasiswa Harus Rajin Nulis

teman-teman sudah tahukah isu yang belakangan santer terdengar di kalangan mahasiswa? mungkin banyak isu yang berlalu-lalang, namun salah satunya adalah surat edaran DIKTI yang meajibkan publikasi jurnal ilmiah bagi mahasiswa S-1, S-2, dan S-3.  kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mendorong peningkatan jumlah karya ilmiah yang dihasilkan didasarkan karena katanya jumalh karya tulis kita masih kalah jauh sama negara tetangga alias, Malaysia.

 

nah, katanya lagi, publikasi jurnal ilmiah ini dijadikan salah satu syarat kelulusan S-1 loh. jadi, untuk kita-kita para mahasiswa S-1 ini kalo mau lulus “wajib” mempublikasikan karya tulis ilmiah di jurnal ilmiah. sedangkan untuk mahasiswa S-2, wajib menerbitkan karya ilmiah di jurnal nasional, dan S-3 di jurnal internasional. wooooo…

 

menulis memang bukanlah suatu hal yang asing, terutama bagi mahasiswa BK. teman-teman  juga pasti sudah terbiasa dengan menulis makalah atau essay. yaah, jadi surat edaran DIKTI itu harusnya bikin kita termotivasi untuk lebih giat lagi menulis, karena kalo mau jadi sarjana sekarang ya harus bikin karya tulis ilmiah dulu. namun kebijakan ini rupanya masih mendapat protes dari berbagai pihak yang mengatakan bahwa hal ini akan mempersulit mahasiswa yang akan lulus.

 

jadi guys, terlepas jadi tidaknya kebijakan itu diterapkan, mulai dari sekarang hayu kita rajin menulis terutama karya ilmiah dengan tata aturan penulisan yang benar. kalo ada dosen yang cerewet dan membatik makalah kalian berkali-kali,hal itu salah satunya untuk mendidik teman-teman agar mampu menulis sebuah karya dengan tata aturan yang berlaku. jadi tidak perlu BETE, dan GONDOK lagi ya. karena dari awal kita sudah dibiasakan menulis dengan tata aturan baku oleh dosen-dosen tercinta kita.

 

keep writing,

Hidup Mahasiswa!

Hellooo Guys……

Hellooo Guys… Gimana nihh kabarnyaa?? Masih pada inget sama alur kaderisasi kita di Jurusan tercinta dong ? Yups.. Jurusan kita “Psikologi Pendidikan dan Bimbingan” ini punya alur kaderisasi dari mulai Sekolah Kepemimpinan (lebih dikenal dengan sebutan EsKa), trus dilanjutin dengan Spiritual Journey (biasa disebut EsJe) , Camp Counseling (CeCe), dan akhirnya wisuda deh (wah baru masuk udah wisuda lagi ya). Beberapa rangkaian alur kaderisasi ini sudah diikuti peserta yang terdiri dari 80 orang Mahasiswa Baru (MaRu) PPB angkatan 2011. Walaupun ga semua MaRu ikut serta, tapi acaranya tetep seru ko, bermanfaat dan memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi kita semua. Tanggal 25 Nopember 2011 kemarin, kita semua telah mngadakan Camp Counseling di bumi perkemahan Cikole, lembang Jawa Barat. Pada hari sebelum keberangkatan kita ke bumi perkemahan, terlihat sekali para peserta sibuk mempersiapkan peralatan yang diwajibkan untuk dibawa maupun perlengkapan pribadi mereka. Bahkan ada yang sampai malam berada di kampus untuk mempersiapkan itu semua. Saluutttt banget deh buat kalian semua ya  Besok paginya, tepatnya hari Jumat, 25 Nopember 2011, peserta dikumpulkan di depan fotocopy FIP (pada tahu semua dong..) untuk mendapat briefing dari panitia, tapi setelah briefing semua peserta dan panitia yang ada jadwal kuliah tetep kuliah dulu lohh teman-teman, tujuan utama kita yang tak bisa disepelekan . Pada pemberangkatan, panitia dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok pendahulu dan kelompok yang bersama dengan peserta. Panitia pendahulu berangkat pukul 10.00 wib dan panitia kelompok kedua berangkat bersama peserta pukul 13.00 wib yaitu setelah Jumatan. Pada saat upacara pembukaan yang dipimpin langsung oleh dosen kemahasiswaan Bapak Dadang Sudrajat,M.Pd , sempat terjadi hujan besar, namun itu tidak melunturkan semangat panitia ataupun pesertanya dalam mensukseskan acara CC ini. Perjalanan menuju bumi perkemahan tidak terlalu jauh , semua peserta dan panitia dibawa dengan mobil ranger tentara selama satu jam perjalanan. Sesampainya di tempat camp , semua peserta langsung ditugaskan untuk membangun tendanya sendiri. Rangkaian acara di Cikole padat merayap. Tujuannya agar waktu yang kita punya ga sia-sia. Berbagai macam acara disusun secara matang dan sesuai dengan satuan layanannya. Ada katarsis, ada out bond, ada sharing, dan ada kreasinya juga loh. Khusus buat di kreasi ini penampilannya tidak hanya dari panitia sama peserta aja, tapi dari perwakilan per angkatan juga ada.Dari mulai angkatan 2011 sampai 2007. Lengkap deh.. Eitsss.. jangan lupa peran kaka peer kita juga ya..Kaka peer pada alur kaderisasi tahun ini begitu luar biasa. Mereka adalah ujung tombak penghubung panitia dan peserta. Empat jempol deh buat mereka..Guuttt Jobbbb .. Nah sekarang tinggal satu kegiatan lagi nih yang berhubungan dengan alur kaderisasi..WISUDA Wisuda ini rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2011..inilah tempat kebahagiaan setelah berbagai perjuangan yang kita lakukan selama ini.. BE THERE GUYS..  YOYOYOYOOYOYOOOOUYYY…..

KOKOLOGI

Temen-temen, disini ada kokologi nih dari teman kita Randi Adhitia PPB A 2010 kita simak ya.

Burung  Berwarna Biru

Suatu hari ada seekor burung tiba-tiba masuk kerumah anda dan terperangkap didalamnya, andapun berniat untuk memeliharanya, namun ada suatu keanehan yang terjadi pada burung tersebut.
Pada hari pertama warna burung tersebut berubah dari biru menjadi kuning, hari kedua berubah lagi dari kuning menjadi merah terang, hari ketiga berubah lagi menjadi hitam.

Dan coba pikirkan akan berubah menjadi warna apakah burung tersebut di hari berikutnya ? coba pilih salah satu!!

1.  TetapHitam.
2.  kembali menjadi warna biru.
3.  menjadi warna putih.
4.  menjadi warna emas.

Jawaban :

1. Burung tetap bewarna Hitam.

Menggambarkan bahwa diri anda adalah seorang yang memilik pandangan yang pesimis.
Apakah anda cenderung percaya bahwa sekali situasi menjadi buruk, maka tidak akan kembali normal? mungkin anda harus mencoba berpikir, ”jika situasi sudah sangat buruk, maka tidak akan berubah menjadi lebih buruk lagi. Ingatlah tidak ada hujan yang tak berhenti. dan tidak ada malam yang terus gelap dimana tidak ada fajar”.
2. Burung berubah kembali menjadi biru.

Menggambarkan bahwa diri anda adalah seorang yang Optimis.

Anda percaya bahwa hidup adalah campuran dari baik dan buruk. Tidak ada gunanya melawan kenyataan.
Anda menerima kemalangan dengan tenang dan membiarkan segala sesuatunya berjalan sesuai dengan jalur tanpa stres dan kuatir. Harapan ini membuat anda menjalani gelombang kemalangan tanpa terhanyut didalamnya.

3. Burung berubah menjadi putih.

Mereka yang mengatakan bahwa burung akan berubah warna menjadi putih adalah orang tenang dan tegas dibawah tekanan.

Anda tidak perlu menghabiskan waktu hanya untuk resah dan tidak mengambil keputusan ketika krisis timbul.

Jika situasi memburuk, anda merasa lebih baik membuang kekalahan dan mencari cara baru mencapai sasaran daripada berhenti dalam kesedihan yang tak perlu. Pendekatan proaktif ini berarti segala sesuatu secara alami berjalan dengan lancar.

4. Burung berubah menjadi warna Emas.

Mereka yang berkata burung akan berubah menjadi warna emas,adalah seseorang yang tidak memiliki rasa takut.
Anda tidak mengenal tekanan. Bagi anda, setiap krisis adalah sebuah kesempatan.
Anda dapat dibandingkan dengan Napoleon, yang berkata “…Mustahil : Kata itu bukan bahasa perancis.”
Tapi berhati-hatilah untuk tidak membiarkan kepercayaan diri yang tidak terbatas mengalahkan anda.
Ada batas yang tipis antara tidak memiliki rasa takut dan membabi buta.

so, apa jawaban kamu ? 🙂

semoga berkesaan, dilanjut di kokologi selanjutnya ya.

PENGANTIN DALAM CITA

Selamat pagi dunia !!

Akhirnya aku dapat mencicipimu dengan sempurna. Menciumi udara dengan raga tak bercela. Lalu menangis sebagai syukur atas semua yang ada. Beribu harapan dan doa berpilin jadi satu menutup langit. Semoga semua tak sia-sia.

Aku diciptakan untuk mengisi bumi bukan tanpa tujuan. Sekarang, aku disini dalam rangka meringankan tugas itu. Hari ini adalah pertama kalinya aku merasakan lembutnya sang fajar lalu tersenyum dibawah kehangatannya.

Mataku tertuju pada sebuah rumah. Di dalamnya ada seorang ibu yang mempertaruhkan sebagian jiwa demi anak yang telah dinantinya. Dibantu seorang nenek yang sejak tadi kebingungan karena sang jabang bayi enggan keluar dari kenyamanan rahim sang ibu. Ayahnya tak kalah tegang, keringat sebesar buah lengkeng terus saja membasahi wajahnya.

1 sebutan bagi pelaku bom bunuh diri

Kakinya seakan enggan berdiam diri dan terus saja mondar-mandir di depan pintu sebuah kamar. Satu jam sudah ia bergelut dengan ketegangan ini.

Sampai akhirnya sebuah tangisan memecah pagi pertamaku itu. Membuyarkan ketegangan semua orang. Dan detik berikutnya menghadirkan atmosfir kebahagiaan. Kumandang adzan menggema mengulum doa. Itulah hari bersejarah yang dilewati sebuah keluarga. Menanti bayi pertama yang meramaikan keluarga mereka. Dan aku menyaksikan itu semua di atas pohon mangga, di sela-sela ranting dan daun yang rimbun, di depan rumah mereka. Sembari mengucap janji akan terus berada disini mengawasi setiap langkah dan menceritakannya pada semua orang.

Hari terus beranjak. Matahari dan bulan bergantian menjaga bumi dengan begitu teratur. Bayi itu sudah menjadi seorang anak, anak yang cerdas dan mempesona. Keingintahuannya akan dunia tak terbendung. Ia bertanya tentang berbagai hal, misalnya “Ayah kenapa pohon mangga itu tinggi sedangkan pohon kencur pendek ?” “Mengapa siang begitu terang sedang malam begitu gelap?” Dan pertanyaan tentang keyakinanpun ia lontarkan diusianya yang belum genap 7 tahun itu. “Mengapa ada Tuhan dan ada ibadah?” Ayahnya hanya memberikan jawaban yang sederhana. “Pohon mangga itu memeng seharusnya tinggi nak, kalau pohon mangga seperti pohon kencur maka buahnya tidak akan berkembang.” “Siang dan gelap itu ada agar manusia mempunyai waktu untuk istirahat di malam hari nak.” “Tuhan itu ada karena Dia-lah yang menciptakan kita dan ibadah itu sebagai kewajiban kita.” Tentu saja ia tidak puas dengan jawaban yang diberikan ayahnya, tapi saat itu ia hanya mengangguk. Ia tumbuh dengan kebiasaan-kebiasaan bukan pengetahuan. Biasanya seorang laki-laki selau berada di masjid sebelum ayam berani berkokok untuk menunggu subuh, maka ia pin melakukan itu.

Sekarang dia tidak lagi menjadi anak satu-satunya di keluarga mereka. Adik perempuannya lahir 2 tahun setelah ia dilahirkan. Lalu 4 tahun kemudian ibunya melahirkan bayi kembar laki-laki. Jadilah dia putra sulung yang harus serba-bisa. Tapi ia tidak merasa terbebani ataupun lelah dengan semua tanggung jawab yang ia terima di usianya yang masih dibilang belia. Suatu hari adik perempuannya pulang dengan menangis, adiknya tersebut menyendiri di kamarnya seharian. Itu membuat dia begitu khawatir. Setelah didekati, akhirnya ia bercerita kalau ia diolok-olok temannya karena tidak mempunyai pensil yang penghapusnya berbentuk boneka. Hatinya terasa perih tersayat. Keluarganya memang sederhana, tapi ia tak pernah malu ataupun benci. Ia selalu bersyukur atas semua yang diberikan kepadanya. Tapi hari ini, saat usianya baru 12 tahun, keyakinan itu mulai luruh. Luhurnpa oleh air mata sang adik. “ Tenanglah dik, jangan menangis karena olokan. Mereka itu iri kepad kita karena kita dapat membuktikan tanpa pensil mahal kita masih bisa menulis lebih baik dari mereka.” Lalu dia mendekap adiknya dengan penuh rasa sayang. Akupun ikut meneteskan air mata saat itu.
Beberapa bulan kemudian, topan itu datang lagi mengunjungi hatinya yang rapuh. Ayah yang menjadi suri tauladan, guru dan kebanggaan kini pergi untuk selamanya. Saat itu ia ingin melebur bersama sang ayah jika tidak ingat ibu dan adik-adiknya. Ia menegarkan diri dengan bersujud di atas sajadah tua sang ayah. Walaupun tanpa sang ayah, ia yakin bisa terus bersekolah. Terus bekerja membantu ibu yang kini menjual sayur mayur. Berkeliling dari subuh hingga siang. Setelah itu menjadi buruh cuci di rumah-rumah tetangga. Hingga mereka berempat bisa bersekolah.

Sekarang dia bekerjasama dengan ibu menjadi tulang punggung keluarga. Walaupun ibu yang paling memegang peranan penting. Tahun ini usianya 15 tahun dan ia akan masuk ke sekolah menengah atas. Remajalah dia. Tutur katanya semakin halus, tingkahnya semakin menyenangkan. Ia menjadi seorang aktifis yang paling dikenal oleh guru-guru. Teman-temannya selalu menghormati setiap keringat yang jatuh dari dahinya karena mereka tahu keringat itu adalah semangat yang tak mereka miliki.

Suatu hari, di malam yang riang oleh orchestra para jangkrik, ibunya mengajak ia bicara. Saat itu mataku hampir terpejam dibuai indahnya music malam. “ Nak, sebentar lagi kamu akan lulus dari SMA, sedangkan ibu tidak mampu membiayaimu melanjutkan sekoloah. Jadi apa yang akan kamu lakukan?” Dengan getir ibu memulai perbincangan itu. “Tidak apa bu, saya akan berusaha mencari jalan keluar terbaik. Ibu tidak perlu memikirkan saya.” Sebenarnya jawaban itu terlontar karena ia juga tidak tahu akan seperti apa hidupnya setelas lulus nanti.

Dalam kebimbangan, seseorang menawarkan ketenangan hati. Jiwanya tak melirik sedikitpun tawaran itu. Ia tidak yakin. Karena selama ini ia merasa berada dalam kepalsuan hidup. Ia disegani, disayangi, dan dibanggakan karena ia berusaha menjadi orang lain yang lingkungan inginkan. Tapi tawaran kali ini berbeda, ia ditawari ketenangan lewat apapun yang ia inginkan. Pemahaman-pemahaman dalam hidupnya telah berubah dalam hitungan bulan. Ia dijejali pemahaman agama yang keras. Menafsirkan semua dengan peperangan fisik. Membenci musuh dengan dendam. Dengan dalih “kebenaran agama” ia khusuk mengikuti ejaran yang menjanjikan ketenangan. Kepulangannya menjadi hal yang langka. Namun sikapnya semakin baik pada keluarga maupun tetangga. Ia semakin disayang.

Setelah pendidikan SMA-nya selesai, ia mohon izin pada ibunya untuk tinggal bersama “guru” di ibu kota. Ia meyakinkan sang ibu bahwa itulah jalan terbaik untuknya. Dengan linangan air mata ibu tak bisa menolak keinginginan sang anak. Ia hanya berpesan, “Jadilah manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama ya nak!” Pesan lumrah semua orang tua. Dan dia hanya membalas dengan senyum tipis.
Pergilah ia bersama “guru”. Aku bersama keluarga dan tetangga yang menyayanginya hanya bisa berdiam diri melepas putra kesayangan kami. Aku terbang menguapkan segala rindu.

Suatu pagi, seorang perempuan di layar kaca memberi tahu kami bahwa di ibu kota, dalam sebuah restaurant cepat saji, telah terjadi ledakan bom yang sangat dahsyat. Saat itu diketahui bahwa 9 orang tewas dan 20 orang lainnya luka berat. Evakuasi belum selesai dilakukan dan diperkirakan peristiwa ini adalah bom bunuh diri dari kelompok teroris yang selama ini diincar kepolisisan. Ibu yang menyaksikan berita tersebut mengelus dada tanda prihatin sekaligus merasa tak nyaman dengan pemberitaan itu. Ia takut anaknya menjadi korban dari peristiwa tersebut.

Empat hari setelah peristiwa ledakan tersebut, diketahui bahwa korban meninggal ada 47 orang, 30 orang warga pribumi dan 17 orang warga negara asing. Sedangkan korban luka-luka lebih banyak lagi, 54 orang dikabarkan mengalami luka berat maupun ringan. Dan dipastikan kejadian ini merupakan bom bunuh diri. Lalu layar televisi menampilakan foto pelaku bom bunuh diri yang sudah hancur. Namun tidak kalah hancur dengan hati ibu yang mengenali foto remaja tersebut. Dia adalah putra yang selalu disayanginya. Dirindukannya dan diharapkan dapat membuat ibu pertiwi bangga akan kehadirannya. Kini, doanya luruh dibakar bom. Jiwanya retak diguncang ledakan. Harapannya menguap bersama kepulan asap. Ibu kecewa, menangis dan diam.
Esoknya beberapa orang polisi datang ke rumah, meyakinkan bahwa pelaku benar-benar putra ibu. Putranya disiapkan “guru” sebagai seorang “pengantin”.
Selesailah semua cerita. Begitu pula dengan aku yang mati. Sebuah cita yang tak pernah jadi nyata. Yang lahir bersama nyawa. Juga hilang karenanya. Itulah aku.

Cianjur, 18 Oktober 2009
MWS

SEJARAH PERGERAKAN KESEHATAN MENTAL

Sejarah Pergerakan Kesehatan Mental
Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau “mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan mental) (Yusak Burhanuddin, 1999: 9).

Continue reading

INTELEGENSI

INTELEGENSI

KECERDASAN PADA MANUSIA

Manusia diciptakan dan dengan dilengkapi dengan kecerdasan yang memiliki kemampuan luar biasa, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain dan kec erdasan sebagai suatu kemampuan ini pulalah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dimuka bumi ini, dengan kec erdasan ini pula manusia dapat menjalani kehidupan yang dinamis dan beadab.

Adapun kecerdasan atu inteligensi manusia mempunyai implikasi sebagai suatu kemampuan adalah sbb :

1. Kemampuan mengklasifikasi pola – pola objek

Seorang yang normal adalah orang yang mampu dalam mengklasifikasikan stimulasi-stimulasi yang tidak identik ke dalam satu kelas atau rumpun

2. Kemampuan beradaptasi (kemampuan belajar)

Kemampuan beradaptasi merupakan suatu kemampuan yang harus manusia miliki dalam kehidupannya dan kemampuan beradaptasi ini menentukan inteligensi atau kecerdasan seseorang apakah inteligensinya tinggi atau rendah

3. Kemampuan menalar secara deduktif

Yaitu kemampuan menalar atau melogikan sesuatu dari kesimpulan menjadi paparan yang detail

4. Kemampuan menalar secara induktif

Yakni kemampuan penalaran atau melogikakan sesuatu yang berupa paparan atau penjelasan menjadi suatu kesimpulan yang mewakili

5. Kemampuan mengembangkan konsep

Yaitu kemampuan seseorang memahami suatu c ara kerja objek atau fungsinya dan kemampuannya bagaimana menginterpretasikan suatu kejadian

6. Kemampuan memahami

Kemampuan memahami adalah kemampuan seseorang dalam melihat adanya hubungan atau relasi didalam suatu masalah dan kegunaan – kegunaan hubungannya bagi pemecahan masalah tersebut.

Pengertian Intelegensi

I. Pengertian Intelegensi Secara Etimologis

Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata Latin,yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.

 

 

Continue reading

KREATIVITAS

Pengertian Kreativitas

Kreatifitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :

1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person

Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif.

“Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)

“Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way”

(Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999)

Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi. Continue reading

KONFORMITAS

Konformitas berarti penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara

mengindahkan norma dan nilai masyarakat.
( Soerjono Soekanto, 2000 )

Jon M Shepard mendefinisikan Conformity sebagai

“the type of social interaction in which an individual behaves toward others in ways expected by the group”.

Jadi konformitas adalah seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan merupakan bentuk interaksi yang di dalamnya kelompok.

( Kamanto Sunarto, 2004 )

“ Conformity is a change in behavior or belief as a result of real or imagined group of pressure “

Konformitas tidak hanya bertindak atau bertingkah laku seperti yang orang lain llakukan tetapi juga terpengaruh bagaimana orang lain bertindak

( Kiesler & Kiesler, 1969, p.2 )

Laki-laki cenderung berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan dari laki-laki dan perempuan berperilaku seperti harapan orang dari perempuan. Berperilaku sebagai laki-laki atau perempuan lebih disebabkan karena identitas diri sebagai laki-laki atau perempuan yang diberikan kepada kita melalui sosialisasi.

Bayi laki-laki dan bayi perempuan diperlakukan berbeda, diberikan pakaian berbeda,diberi mainan berbeda (henslin,1997).

Muzafer Sherif (1966) yang dikutip oleh Zanden (1979) melakukan eksperimen di Columbia University, para subyek penelitian adalah 2 orang mahasiswa yg diminta memperkirakan jarak gerak suatu titik cahaya di layar dalam suatu ruang gelap. Di kala eksperimen dilakukan dengan masing-masing subjek secara terpisah, jawaban-jawaban yang diberikan cenderung berbeda satu dengan yang lain. Namun manakala eksperimen dilakukan dengan beberapa orang subyek sekaligus dan para subjek dimungkinkan untuk saling mempengaruhi, maka jawaban subyek cenderung sama.Dari eksperimen ini Sherif menyimpulkan bahwa dalam situasi kelompok orang cenderung membentuk suatu norma sosial.

Dari hal itu pula disimpulkan bahwa menurut M. Sherif, konformitas berarti keselarasan,kesesuaian perilaku individu-individu anggota masyarakat dengan harapan-harapan masyarakatnya, sejalan dengan kecenderungan manusia dalam kehidupan berkelompok membentuk norma sosial.

Contoh : Pola memberi sumbangan, pelanggaran lalu lintas, dll.

Dari uraian mengenai berbagai pengertian “konformitas” di atas, dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah suatu bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat/kelompok karena dia terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang sudah ada.

II. Jenis Konformitas

a. Compliance : konformitas yang benar-benar bertentangan dengan keinginan kita, dilakukan untuk mendapat hadiah atau menghindari hukuman.

b. Acceptance : Ada beberapa hal yang dapat kita jadikan alasan untuk melakukan konformitas tersebut, tidak sepenuhnya kita ingkari.

III. Kapan manusia melakukan konformitas?

a. Ketika keputusan sudah dibuat atau pokok bahasan yang dibicarakan dirasa tidak kompeten

b. Konformitas tinggi pada saat tiga atau lebih orang dalam grup kohesif, unanimous mempunyai status sosial yang tinggi.

(kohesi = merasa/mengikat, unanimous = suara bulat/kesepakatan)

IV. Alasan orang melakukan konformitas :

a. Keinginan seseorang untuk memenuhi harapan orang lain atau mengupayakan penerimaan/ penyesuaian diri ( normative influence)

b. Perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat

( informational influence)

Dalam masyarakat yang homogen dan tradisional, konformitas warga masyarakat adalah kuat. Misalnya di desa-desa yang terpencil dimana tradisi dipelihara dan dipertahankan dengan kuat, maka warga masyarakat desa tersebut tidak mempunyai pilihan lain kecuali mengadakan konformitas terhadap kaedah-kaedah serta nilai-nilai yang berlaku. Di dalam masyarakat desa yang terpencil, apabila seseorang mendirikan rumah maka dia akan meniru bentuk-bentuk rumah yang telah ada dan telah terinstitusikan bentuknya, sedangkan yang mendirikan rumah dengan bentuk yang berbeda dengan pola tersebut akan dicela oleh para anggota masyarakat yang lain.

Konformitas di kota-kota sangat kecil karena kaidah-kaidah di dalam kota mengalami perkembangan dan perubahan sehingga proses institusionalisasi sukar terjadi apabila dibandingkan dengan masyarakat yang ada di desa. Bahkan konformitas di kota besar sering kali dianggap sebagai hambatan terhadap kemajuan dan perkembangan. Konformitas biasanya menghasilkan ketaatan dan kepatuhan.

Institusionalisasi : suatu proses yang dilewati oleh sesuatu norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan.

Konformitas terbentuk secara ketat di bawah tekanan( pressure) untuk memenuhi permintaan masyarakat /satu orang kepada orang lain. Hal ini bisa ditegaskan dengan contoh sebagai berikut:

Di suatu suku yang penduduknya disebut sebagai “trobrianders”dalam memenuhi kebutuhan, mereka mengadakan pertukaran barang-barang ekonomi. Mereka yang hidup”inland village” menyediakan sayur-sayuran untuk ditukarkan dengan ikan dan sebaliknya mereka yang tinggal di tepi pantai/ “ coastal community” membayar dengan ikan. Sistem permintaan yang timbal balik ini memaksa salah satu pihak untuk membayar kapan saja ia menerima pemberian dari pihak-pihak yang lain. Awalnya, secara nominal pemberian itu ditawarkan secara bebas, tapi sekarang dipantau dengan penghitungan yang sangat hati-hati, barang yang diberi dan diterima harus seimbang nilainya dan membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. Contoh lain adalah kehidupan sosial “trobrianders” mengenai pernikahan dan keluarga. Dalam suatu keluarga terdapat kewajiban “resiprok” , Saudara laki-laki harus menyediakan nafkah untuk makan kepada saudara perempuan, tetapi suami saudara perempuan tersebut harus mengembalikan berupa pemberian secara periodik.

Norma-norma timbul dalam masyarakat karena diperlukan sebagai pengatur dalam hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara seseorang dengan masyarakatnya. Diadakannya norma-norma serta peraturan lain bermaksud untuk menciptakan conformity dari anggota masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Dalam masyarakat yang homogen dan tradisionil conformity dari anggota masyarakat adalah sangat kuat. Misalnya di desa terpencil dimana tradisi dipelihara dan dipertahankan dengan kuat, anggota masyarakat desa tersebut tdk mempunyai pilihan lain daripada mengadakan conformity terhadap norma serta nilai yang berlaku. Di dalam masyarakat desa yang terpencil misalnya apabila seseorang mendirikan rumah, maka dia akan meniru bentuk-bentuk rumah yang telah ada .Yang mendirikan rumah dengan bentuk berbeda akan dicela oleh anggota masyarakat lainnya.

Norma yang berlaku secara turun temurun sama saja dari generasi ke generasi berikutnya tanpa banyak mengalami perubahan. Ukuran yang dipakai adalah ukuran yang telah dipakai oleh nenek moyangnya dulu. Norma-norma dalam kota juga selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Maka conformity di daerah-daerah kota juga sangat keji.

V. Hal-hal yang mempengaruhi adanya Konformitas

(David O. Sears, Jonathan L.Freedman, L.Anne Peplau , 1985)

a. Kurangnya Informasi

Orang lain merupakan sumber informasi yang penting. Seringkali mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui; dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita akan memeperoleh manfaat dari pengetahuan mereka.

b. Kepercayaan terhadap kelompok

Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang tepat. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok.

c. Kepercayaan diri yang lemah

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya sendiri, semakin tinggi tingkat konformitasnya. Sebaliknya, jika dia merasa yakin akan kemampuannya sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal, semakin turun tingkat konformitasnya.

d. Rasa takut terhadap celaan sosial

Celaan sosial memberikan efek yang signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan pesetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya. Tetapi, sejumlah faktor akan menentukan bagaimana pengaruh persetujuan dan celaan ibi terhadap tingkat konformitas individu.

e. Rasa takut terhadap penyimpangan

Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial. Kita tidak mau dilihat sebagai orang yang lain dari yang lain, kita tidak ingin tampak seperti orang lain. Kita ingin agar kelompok tempat kita berada menyukai kita, memperlakukan kita dengan baik dan bersedia menerima kita.

f. Kekompakan kelompok

Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi.

g. Kesepakatan kelompok

Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun, bila kelompok tidak bersatu akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas.

h. Ukuran kelompok

Konformitas akan meningkat bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat, setidak-tidaknya sampai tingkat tertentu. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilder (1977) disimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat konformitas tidak terlalu besar, melainkan jumlah pendapat lepas (independent opinion) dari kelompok yang berbeda atau dari individu merupakan pengaruh utama.

i. Keterikatan pada penilaian bebas

Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlainan. Atau dengan kata lain keterikatan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang mengalami kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat.

j. keterikatan terhadap Non-Konformitas

Orang yang, karena satu dan lain hal, tidak menyesuaikan diri pada percobaan-percobaan awal cenderung terikat pada perilaku konformitas ini. Orang yang sejak awal menyesuaikan diri akan tetap terikat pada perilaku itu.

Baksos KMJ PPB FIP UPI 2011

Alhamdulillah telah dilaksanakan Bakti Sosial yang bertempat di Panti Asuhan Al-Kautsar pada tanggal 20 Agustus 2011 kemarin.

acara yang telah di persiapkan ini mendapat respon yang cukup baik dari pembina panti dan KMJ PPB FIP UPI. sambutan yang hangat dari para peserta dan pembina membuat baksos ini terasa lebih bermakna. serangkaian acara pun dilewati dengan keadaan yang senang. mulai dari tausiyah, buka bersama dan solat berjamaah terasa begitu nikmat.

terimakasih atas sambutan hangat dan keceriaan yang diberikan, semoga apa yang diberikan dapat menjadi berkah bagi kita semua. tak lupa Kami dari panitia bakti sosial mengucapkan banyak terimakasih pada para donatur (dlm bntuk apapun) atas sumbangsih dalam amal bakti sosial di panti asuhan al-kautsar , begitupun ucapan trimaksih untk rekan-rekan yg sudah ikut berpartisipasi dlm acra trsebut .
semoga dapat bermanfaat dan berkah, serta semua kebaikan nya dibalas oleh Allah swt . Amin